Dugaan Kongkalingkong dan Manipulasi Anggaran Afirmasi Libatkan Pejabat PMD Poso

 

                     (Gambar ilustrasi/int)

Bongkarsulteng.my.id - Dugaan kongkalingkong dana afirmasi senilai ratusan juta dari kementerian yang dikucurkan lewat Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah tersinyalir ikut melibatkan oknum pejabat Dinas PMD Kabupaten Poso inisial IB.

Menguatnya dugaan keterlibatan oknum tersebut terkuak lewat penggunaan anggaran pembangunan bak air yang oleh Pj Kades Poleganyara, Handri Tumonggi dipaksakan di bangun di lokasi wisata Tancueni dusun Labudago, Desa Poleganyara, Kecamatan Pamona Timur, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.

Tindakan pemaksaan membangun bak  di Tancueni oleh Handri tersebut ditengarai untuk menutupi kesalahan prosedur karena sudah terlanjur belanja bahan dan jatuh tempo proyek yang sudah di ujung mata. 

Hasil telusur media ini, proyek tersebut ternyata tidak memiliki gambar sebagai pedoman pembangunan, sementara Rencana Anggaran Belanja (RAB)nya tersinyalir di rekayasa (Mark up).

Jika di hitung secara keseluruhan harga total dari pasir, semen dan pipa yang saat ini sudah dibelanjakan di tambah anggaran Harian Orang Kerja  (HOK) Rp 7,5 juta hanya berkisar Rp 30an juta saja. 

Terdapat selisih yang sangat besar yang tidak dapat dipertanggungjawabkan!

"Ini proyek betul-betul janggal, bagaimana bisa proyek dari kementerian tidak ada gambar, tidak ada survei, tidak ada perencanaan tapi tiba-tiba sudah ada belanja pipa, semen dan pasirnya? Kalau di hitung-hitung besar sekali selisihnya," tanggap sebagian warga seragam.

Untuk di ketahui pembangunan bak air di Tancueni oleh Pj Kades Poleganyara hingga saat ini mendapat perlawanan warga bahkan Handri terancam dipolisikan jika berani melanjutkan pekerjaanya di lokasi Tancueni sebab Handri di nilai tidak punya etika dan membodohi masyarakat melalui pembangunan sarana air bersih yang sebenarnya bukan air bersih.

(TANCUENI ikon pariwisata yang saat ini sedang dalam pengelolaan)

Adapun alasan penolakan pembangun bak di Tancueni didasari oleh beberapa faktor.

Pertama karena bak air yang hendak di bangun oleh Handri itu berada di aliran sungai yang airnya terkontaminasi langsung dengan zat kimia dan limbah manusia yang berkebun di sekitar lokasi pembangunan. 

Kedua karena pembangunan bak tersebut dikhawatirkan akan mengurangi debit air terjun Tancueni sebagai ikon pariwisata yang saat ini sedang dalam pengelolaan pemilik tanah.


Lantas apa yang sebenarnya diinginkan warga dusun Labuadago untuk mengatasi kekurangan air yang dialaminya? 

Jawabannya sangat sederhana sekali yang warga inginkan adalah rehabilitasi bak air di lokasi Mara sebab air di lokasi ini betul-betul bersih karena keluar langsung dari dalam tanah.

Menurut hemat warga rehabilitasi mata air di lokasi Mara tidak membutuhkan biaya  besar, hanya membutuhkan pasir dan sekitar 20an sak semen saja.

"Kenapa harus bikin bak air di lokasi yang jelas-jelas kotor kenapa tidak memperbaiki sumber air di Mara yang jelas-jelas keluar dari dalam tanah. Kalau itu yang diperbaiki tidak banyak biaya karena hanya menggali  sedikit untuk menata mata airnya dan menutup kebocoran bak yang memang dari dulu sampai sekarang masih kami gunakan airnya?" tegas warga seragam.

Sekaitan dengan anggaran proyek dan teknisnya, IB yang sejak beberapa hari lalu di konfirmasi hingga hari ini, Jumat (20/12/24) bungkam.

Pesan teks yang di kirim via Wa hanya di bacanya namun tidak dibalasnya demikian pula saat di telepon oleh warga juga tidak bersedia mengangkat telepon genggamnya.

 

 

Post a Comment

To be published, comments must be reviewed by the administrator *

أحدث أقدم
Post ADS 1
Post ADS 1