Meski jarak yang ditempuh dari Rampi ke Sulawesi Tengah hanya berjarak sekira 30 an KM dibanding harus ke Masamba Ibu Kota Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan yang berjarak 80an KM, namun bukan berarti dengan mudah dapat dilalui begitu saja.
Para pengendara atau lazimnya di sebut tukang ojek dari Rampi itu harus melewati banyak rintangan dan menantang maut yang sewaktu – waktu dapat merenggut nyawa mereka.
Mereka harus melalui jalanan berkubang dan menyebrangi sejumlah anak sungai ditambah satu sungai berarus deras yakni sungai Tadaboe dengan cara menggunakan rakit atau ban dalam mobil yang diikat sedemikian rupa.
Tak hanya menyebrangi sungai, untuk memenuhi kebutuhan ribuan orang yang menunggu kepulangannya, para pahlawan sembako dan pengangkut material itu juga masih harus melewati sejumlah rintangan lain berupa terowongan dan batu-batu cadas yang curam dan licin.
Salah sedikit kendaraan mereka bisa tergelincir dan dipastikan jatuh kedalam jurang dimana nyawa mereka dipastikan tidak akan bisa tertolong lagi.
Kehidupan masyarakat Rampi yang harus berjuang sendiri-sendiri tanpa akses jalan tersebut sudah berlangsung sejak puluhan tahun silam.
“Yang kami jalani ini adalah jalan bekas kuda orang tua kami dahulu tapi mau diapa tidak ada pilihan lain. Mau ke Masamba jauh sekali dan jalanannya sama saja, mending pilih ke Bada yang lebih dekat,” ungkap Kepala Desa Ondonowa, Kecamatan Rampi, Mastab Wungko Gerosi (39), Jumat (12/8/2022).
Hingga memasuki Hari Ulang Tahun RI ke – 77 ini, belum ada satupun pihak termasuk pihak pemerintah yang betul-betul serius memperhatikan akses jalan dan kehidupan masyarakat yang tinggal tepat di jantung Sulawesi tersebut.
إرسال تعليق