Morut, Bongkarsulteng.my.id -
Kawasan Cagar Alam Morowali adalah cagar alam yang terletak di Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah. Dalam pembagian administratif, Cagar Alam Morowali masuk dalam wilayah 3 Kecamatan, yaitu Kecamatan Soyo Jaya, Kecamatan Bungku Utara dan Kecamatan Mamo Salato.
Luas kawasan Cagar Alam ini adalah 209.400 H berdasarkan surat keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 237/KPTS-II/1998 tanggal 27 April 1999. Bila berkeliling, keseluruhan Cagar Alam ini bisa mencapai 265,84 Km.
Cagar Alam Morowali merupakan aquarium alam flora dan fauna yang menggiurkan bagi para peneliti dari dalam dan luar negeri. Beberapa spesies flora seperti Jenis anggrek Sulawesi : Gramatophylum Stapelliforum, Bulbophylum, Cymbidium, Dendrobium sp, serta beberapa jenis Pandanus sp yang menghiasi kawasan ini.
Sedangkan jenis fauna yang pernah ada dan masih ditemukan adalah Babi Rusa, Musang Sulawesi, Kuskus, Varanus, Anoa Sulawesi, dan Macaca Tongkeana.
Untuk jenis unggas pengunjung masih bisa melihat burung Maleo, Pecuk Ular, Itik Sulawesi, Cangak Merah, Elang Laut, dan beberapa jenis burung Hantu Sulawesi.
Dari hasil penemuan peneliti dalam dan luar negeri pernah meneukan jenis Kelelawar terkecil di dunia.
Berdasarkan informasi dan data ilmiah tersebut di atas, tidaklah mengherankan bagi kita mengapa tim Operation Drake dari Inggris pada fase ke 7 memilih Cagar Alam Morowali sebagai pusat penelitian mereka.
Sebagai mana kita ketahui bersama bahwa Operation Drake adalah ekspedisi ilmiah untuk mengenang kembali pelayaran yang dilakukan Sir Francis Drake. Ekspedisi ini dilakukan antara tahun 1970 – 1980 di bawak koordinasi berbagai instansi kelembagaan Inggris, antara lain: Scientific Exploration Society, Explore Clubs, dan Royal Scottish Geographical Society.
Ekspedisi ini bertujuan untuk melakukan berbagai penelitian biodiversity dan memberi pengalaman bagi kaum generasi muda. Selain penelitian flora dan fauna di kawasan ini, tim ekspedisi juga meneliti aspek social ekonomi masyarakat yang mendiami suaka alam tersebut.
Dari uraian Penulis di atas, berdasarkan informasi yang dapat dipercaya baik dari sisi sejarah dan ilmiah jelaslah bahwa Cagar Alam Morowali sudah dikenal di mancanegara sejak tahun 1970-an.
Merujuk kepada judul lomba Pelatihan Jurnalistik dan Penulisan Pariwisata Morowali Utara yang dilaksanakan pada tanggal 15 September 2022 yang lalu,
Mari Viralkan Keunggulan Pariwisata Morowali Utara, yang dibuka oleh Bapak Bupati Morowali Utara, maka Penulis mengambil Judul : Ayo Berwisata Ke Cagar Alam Morowali Utara, yang menurut Penulis merupakan salah satu destinasi wisata unggulan wisata Alam Minat Khusus.
Beberapa alasan Penulis mengambil judul ini, yaitu : Sejak Penulis menginjakkan kaki pertama kali pada Tahun 1996 bersama wisatawan mancanegara ternyata kawasan ini menyimpan banyak keindahan alam hutan tropis flora dan fauna serta keramahan Suku Taa yang menyambut kehadiran kami saat itu .
Berdasarkan pengalaman Penulis setelah beberapa kali mengadakan wisata trekking bersama wisatawan mancanegara kawasan cagar alam ini merupakan medan yang sangat cocok bagi para wisatawan domestik dan mancanegara yang menyukai tantangan dan senang dengan keanekaragaman hayatinya.
Penulis ingin menghidupkan kembali kegiatan minat khusus yang menantang ini bagi para wisatawan domestik dan mancanegara. Untuk itu Penulis sangat mengapresiasi para pegiat Pariwisata dan Komunitas Pencipta Alam Morowali Utara yang kembali mengadakan beberapa kegiatan wisata alam setelah Covid-19 melanda negeri kita.
Penulis ingin mengenalkan kepada wisatawan mancanegara yang belum pernah ke Cagar Alam Morowali akan potensi flora dan fauna serta kehidupan masyarakat Suku Taa yang masih memegang tradisi mereka.
Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam kawasan dan luar kawasan Cagar Alam Morowali, dengan melibatkan mereka dalam setiap kegiatan wisata alam.
Mendukung kegiatan konservasi dalam mejaga keseimbangan alam dengan tidak mengadakan perburuhan fauna endemic dan meminimalisir kegiatan penebangan hutan.
Aksesibiltas menuju Kawasan Cagar Alam Morowali
Pada saat Penulis memasuki kawasan Cagar Alam Morowali sekitar tahun 1996-2017 umumnya melalui kota Kolonedale dengan menyewa perahu motor yang saat itu seharga Rp.350.000 untuk pergi pulang.
Harga tersebut terus naik seiring kenaikan bbm dan kebutuhan pokok lainnya hingga sekarang menurut informasi sudah mencapai Rp. 3.000.000 bahkan kemungkinan lebih dari angka tersebut, untuk pergi pulang.
Lama perjalanan dengan perahu motor sekitar 2 jam menyeberangi Teluk Tomori dengan disuguhi keindahan gugusan Gunung Teletabis, Batu Payung, Cap Tapak Tangan Raja, dan perkampungan suku Bajo.
Setibanya di titik pertemuan dengan masyarakat Suku Taa, kami dijemput oleh para porter yang sudah kami hubungi beberapa bulan sebelumnya lewat bantuan mitra kerja yang ada di kota Kolonedale saat itu.
Kami memulai perjalanan trekking menyusuri tepi sungai Pokekea dengan ditemani pemandu local dan porter berpengalaman. Makan siang kami lakukan di sekitar Pokekea, daerah ini juga merupakan daerah penyebaran burung Maleo salah satu burung endemic Sulawesi. Perjalanan kami lanjutkan ke kampung Marisa.
Lama perjalanan kami tempuh kurang lebih 6 jam berjalan kaki untuk tiba di Perkampungan Marisa.
Di perkampungan tersebut, Penulis bersama wisatawan mancanegara menginap di rumah Kepala Suku Taa ( Nama Kepala Sukunya adalah Ngkai Jima).
Mereka menyambut hangat dan ramah akan kedatangan kami. Kebersamaan kami menjadi lebih hangat lagi pada saat menikmati makan malam ala Suku Taa, sambil menikmati indahnya suara alunan music tradisional mereka.
Keesokan harinya kami melakukan kegiatan menangkap ikan dengan alat tradisional. Sore hari bersama keluarga Kepala Suku Taa melatih wisatawan menggunakan senjata tradisional suku Taa yang terbuat dari bamboo yang dinamakan Sopu.
Pada hari berikutnya atau setelah menginap 2 malam, kami melanjutkan perjalanan trekking ke kampong Kayupoli.
Perjalanan kami tempuh sekitar 7 jam berjalan kaki melalui hutan tropis yang padat dan padang savana.
Di perkampungan tersebut kami juga menginap di rumah keluarga Suku Taa yang bermukim di tepi sungai Morowali. Hari berikutnya kami melanjutkan trekking menuju Danau Rano Bae dengan lama perjalanan hanya 3 jam.
Dari Rano Bae kami lalu naik perahu motor melewati Rano Kodi (danau kecil) menuju ke sungai Pokekea untuk berjumpa dengan perahu motor yang akan menjemput kami dari kota Kolonedale.
Total perjalanan kami menjelajahi kawasan Cagar Alam Morowali saat itu adalah 4 hari 3 malam.
Selama kegiatan tour dengan wisatawan mancanegara ke kawasan Cagar Alam Morowali sejak tahun 1996 sampai 2017, selain menikmati keindahan alam dan flora fauna yang ada, Penulis mengalami banyak suka dan duka yang sulit dilupakan.
Pengalaman pertama adalah pada saat menemani wisatawan dari Jerman pada tahun1996.
Setelah rangkaian tur trekking kami selesai di antar di muara sungai Pokekea oleh keluarga Kepala Suku Taa. Kami harus menunggu perahu motor yang sudah kami hubungi sebelumnya untuk menjemput kami ditanggal yang sudah kami sepakati.
Tetapi Kapal Motor tak kunjung datang sampai sore hari. Waktu itu penggunaan HP atau telepon genggam belum maksimal.
Penulis harus berupaya mencari jalan untuk mendapatkan perahu lain yang akan membawa kami kembali ke Kolonedale.
Dengan bantuan kode SOS yang Penulis gunakan, dari jarak jauh akhirnya salah satu perahu nelayan yang kebetulan lewat menjemput kami membawa kami kembali ke Kolonedale dalam keadaan yang sudah lapar.
Pengalaman kedua, saat menemani wisatawan dari negara Perancis, tahun 2012.
Saat itu kami menginap di kampung Kayupoli, dimana saat tengah malam kami dikagetkan oleh salah seorang anak dari keluarga suku Taa tempat kami bermalam yang menangis kesakitan.
Kepala keluarga mencoba memberi pengobatan ala Suku Taa, namun tak kunjung sembuh.
Melihat situasi yang terbilang gawat saat itu, Penulis akhirnya memberanikan diri membangunkan wisatawan yang kebetulan dia adalah seorang dokter anak yang kemudian langsung memeriksa sang anak dan memberikan obat.
Namun demikian atas tindakan medis tersebut baik Penulis dan wisatawan sebenarnya sempat merasa ketakutan jangan – jangan anak tersebut justru akan keracunan obat, karena obat yang digunakan adalah obat yang diproduksi dari negara sang wisatawan.
Namun kekhawatiran kami tidak terbukti, usai meminum obat anak tersebut malah tertidur lelap dan keesokan hari, pada paginya anak itu langsung ceria karena sudah sembuh.
Alhasil ayah sang anak meminta kepada Penulis dan wisatawan untuk tinggal beberapa hari lagi untuk mengadakan pengobatan bagi keluarga yang lain.
Wisatawan hanya memberikan obat dan Penulis menjelaskan manfaatnya dan aturan minumnya. Kami tidak bisa tinggal karena waktu kunjungan wisatawan terbatas.
Sebagai penutup dari tulisan ini, Penulis menyatakan bahwa Cagar Alam Morowali masih sangat layak untuk dijadikan salahsatu wisata unggulan untuk wisata minat khusus, trekking dan flora fauna.
Untuk mengunjungi Cagar Alam Morowali beberapa hal penting Penulis kemukakan :
- Memberikan informasi yang lengkap dan dapat dipercaya kepada para wisatawan atau Tour Operator yang akan berkunjung dan menjual paket tur.
- Berkoordinasi dengan pihak terkait sebelum memasuki kawasan Cagar Alam Morowali dalam hal ini harus memiliki Surat Ijin Masuk Kawasan Konservasi(SIMAKSI)
- Memberdayakan masyarakat Suku Taa dan sekitarnya
- Mempersiapkan kelengkapan trekking seperti makanan, obat-obatan, alat komunikasi, pakaian trekking dan tim yang solid.
- Mempersiapkan fiisk dan mental.
- Menghargai kearifan lokal yang ada dan berlaku di masyarakat setempat.
Demikianlah gambaran yang Penulis dapat berikan lewat artikel ini yang menyangkut keindahan Cagar Alam Morowali dan pengalaman dalam melakukan perjalanan dalam kawasan ini serta tips yang merupakan SOP dalam kepemanduan wisata alam trekking.
Harapan Penulis artikel ini semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca, khususnya yang ingin berwisata ke Cagar Alam Morowali.
Bila ada pertanyaan, saran dan kritik dari penulisan artikel ini, silahkan menghubungi Penulis pada alamat di bawah ini.
Sekali lagi terima kasih atas kesempatan yang diberikan Bapak Bupati Morowali Utara, Bapak Kadisparpora Morowali Utara dan kepada Astra Group sebagai Panitia Penyelenggara Lomba Penulisan Pariwisata Morowali Utara.
Penulis memohon maaf apabila masih terdapat kekurangan di dalam artikel ini. Salam Pariwisata, Salam Konservasi. Terimakasih.
Ayo Berwisata Ke Morowali Utara
Ditulis oleh :
Meriba Suade
*Anggota Himpunan Pariwisata Indonesia,
*Ketua Yayasan Pariwisata Jokka Kreatif Indonesia
Domisili :
Desa Londi, Kec. Mori Atas, Kabupaten Morowali Utara
WA : 082259420763
Email :suademeriba497@gmail.com
Posting Komentar